Hana dan Peri Air
Cipyak-cipyak…
Hana bermain air di bak berendam di kamar mandi. Tadi, ia sudah mengucurkan keran dan membiarkan air memenuhi baknya sampai penuh setinggi dadanya.
Lalu, memasukkan sabun sampai airnya jadi putih berbuih-buih. Sekarang Hana sedang menikmati mandinya dengan air hangat, ditemani dengan bebek karet kesayangannya yang menguik bila ditekan-tekan.
Tiba-tiba, dari balik gelembung sabun warna-warni yang sedang Hana tiup-tiup gembira, muncul sosok mungil. Hana kaget. Apa itu? Ada sayapnya, warna-warni, dan transparan seperti gelembung sabun. Pakaiannya putih seperti buih-buih air, tubuhnya biru seperti air yang mengalir. Oh-oh! Apa itu? Mata Hana membulat, mulutnya menganga demi melihat makhluk mungil itu.
“Hihi,” makhluk mungil itu tertawa melihat reaksi wajah Hana yang lucu. “Halo, Hana! Kamu suka main air?”
Hana mengangguk ragu-ragu, “Suka!”
“Kalau begitu, kita pasti bisa berteman akrab. Perkenalkan, aku Peri Air!” Si peri mengulurkan tangannya dan menjabat telunjuk yang disodorkan Hana. Hana merasa telunjuknya geli seperti terkena cipratan-cipratan air.
“Kata Mama, air sangat berguna bagi kehidupan kita. Kalau begitu, kamu pasti peri baik hati!”
“Wah, aku jadi malu kamu puji begitu, Hana! Tapi betul juga, sih! Tanpa aku, kamu tidak bisa mandi supaya bersih, tidak bisa menyiram tanaman, bahkan tidak bisa minum!”
Bersambung …
Dapatkan buku ini melalui email penulis: dinantonia@yahoo.com