50 bahasa daerah terancam punah. Demikian judul sebuah artikel di media online yang serta merta membuatku terperanjat. Bagaimana dengan bahasa batak? Akankah punah seperti sembilan bahasa di Papua itu? Sebagai penutur, tentu saya akan merasa kehilangan luar biasa jika bahasa ibuku lenyap dari muka bumi.
Novel ini saya terbitkan sebagai kontribusi positip dalam melestarikan bahasa daerah. Makin bergairah saya menerbitkan novel berbahsa batak ini setelah membaca pendapat Direktur UNESCO Jakarta Hubert Gijzen. Bahasa daerah memang penting sebagai pendidikan dasar bagi anak untuk mempelajari bahasa kedua. “Penelitian menyebutkan jika sejak dini anak sudah pandai bahasa ibu maka dia akan mudah mempelajari bahasa asing lainnya,” ungkapnya pada Perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional di Gedung Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (21/2/2014)
Novel “Holong na Marsigorgor” atau “Cinta yang Membara” ini ditulis sedemikian rupa sehingga mudah dilafalkan. Dengan demikian, pembaca akan semakin terbiasa menuturkan bahasa ibu itu sendiri. Setting novel ini sengaja dibuat di era 80an dengan suasana kampung agar para pembacanya terkenang kembali dengan masalalu dan memetik pesan moral dari sana.
Semoga dengan terbitnya novel berbahsa batak ini, makin banyak penuturnya yang merasa tergugah dan ikut melestarikan bahasa ibu. Horas!!!
Hormat saya
Penulis
Alfian Simanjuntak
Buku bisa didapatkan memalui penulis: alfiandamara68@yahoo.com